Jumat, 28 Juli 2017

MACAM-MACAM TEORI BELAJAR

1. Teori Belajar Behaviorisme

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakanmetode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori  Belajar kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
4. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
5. Teori Belajar Gestalt
Menurut pandangan teori gestalt seseorng memperoleh pengetahuan melaui sensasi atau informasi dengan melihat strukturnya secara menyeluruh kemudian menyusunya kembali dalam struktur yang sederhana sehungga lebih mudah dipahami.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
a.       Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
b.      Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
c.       Memandu guru untuk mengelola kelas
d.      Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
e.       Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
f.       Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.

6. Teori Pembelajaran Sosial
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan(reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswatelah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).

7. Teori Belajar Sosial
Dalam dasawarsa terakhir, penganut teori konstruktivisme memperluas fokus tradisionalnya pada pembelajaran individual ke dimensi pembelajaran kolaboratif dan sosial. Konstruktivisme sosial bisa dipandang sebagai perpaduan antara aspek-aspek dari karya Piaget dengan karya Bruner dan karya Vygotsky. Istilah Konstruktivisme komunal dikenalkan oleh Bryn Holmes di tahun  2001. Dalam model ini, "siswa tidak hanya mengikuti  pembelajaran seperti halnya air mengalir melalui saringan namun membiarkan mereka membentuk dirinya." Dalam perkembangannya muncullah istilah Teori Belajar Sosial dari para pakar pendidikan.
Pijakan awal teori belajar  sosial adalah bahwa manusia belajar melalui pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak melakukan riset teori belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner.
Meskipun classical dan operant conditioning dalam hal-hal tertentu masih merupakan tipe penting dari belajar, namun orang belajar tentang sebagian besar apa yang ia ketahui melalui observasi (pengamatan). Belajar melalui pengamatan berbeda dari classical dan operant conditioning karena tidak membutuhkan pengalaman personal langsung dengan stimuli, penguatan kembali, maupun hukuman.  Belajar  melalui pengamatan secara sederhana melibatkan pengamatan perilaku orang lain, yang disebut model, dan kemudian meniru perilaku model tersebut.
Baik anak-anak maupun orang dewasa belajar banyak hal dari pengamatan dan imitasi (peniruan) ini. Anak muda belajar bahasa, keterampilan sosial, kebiasaan, ketakutan, dan banyak perilaku lain dengan mengamati orang tuanya atau anak yang lebih dewasa. Banyak orang belajar akademik, atletik, dan keterampilan musik dengan mengamati dan kemudian menirukan gueunya. Menurut psikolog Amerika Serikat kelahiran Kanada Albert Bandura, pelopor dalam studi tentang belajar melalui pengamatan, tipe belajar ini memainkan peran yang penting dalam perkembangan kepribadian anak. Bandura menemukan  bukti  bahwa  belajar  sifat-sifat  seperti keindustrian, keramahan, pengendalian diri, keagresivan, dan ketidak sabaran sebagian dari meniru orang tua, anggota keluarga lain, dan teman-temannya.









REFERENSI:
Hariyanto. (2010). Macam-Macam Teori Belajar. Tersedia [online] :http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/. Dikutip pada tanggal 13 Mei 2013.
Rudiansyah. (2012). Teori Belajar. Tersedia [online] :    http://tugas-makalah.blogspot.com/2012/06/teori-belajar.html. Dikutip pada tanggal 13 Mei 2013.
Suzana. (2009). Teori-Teori Pembelajaran. Tersedia [online] :  http://cikguanashazana.blogspot.com/. Dikutip pada tanggal 13 Mei 2013.
Ulum, A. (       ). Macam-Macam Teori Belajar. Tersedia [online] : http://sektorbebas.blogspot.com/2013/05/macam-macam-teori-belajar.html.  Dikutip pada tanggal 13 Mei 2013.

Cohesion and Coherence

What is Cohesion & Coherence?

Cohesion and coherence aren't too difficult to explain.  Cohesion refers to connectivity in a text.  Coherence refers to how easy it is to understand the writing.

Cohesion & Coherence

"My favourite colour is blue.  I like it because it is calming and it relaxes me.  I often go outside in the summer and lie on the grass and look into the clear sky when I am stressed.  For this reason, I'd have to say my favourite colour is blue."


Cohesive AND coherent: Blue > Relaxes > Clear Sky > Blue (Photos from Flickr)
This sentence is both coherent and cohesive, but let's focus on the cohesion first.  I've highlighted the ways that each sentence is connected to the sentence before.

Cohesion with NO Coherence

Now, here is a sentence that has cohesion but is not coherent.

"My favourite colour is blue.  Blue sports cars go very fast.  Driving in this way is dangerous and can cause many car crashes.  I had a car accident once and broke my leg.  I was very sad because I had to miss a holiday in Europe because of the injury."


Cohesive NOT coherent: Blue > Sports Car > Fast Driving > Car Crashes > Broken Leg > Holiday in Europe (Photos from Flickr)
As you can see, there is plenty of cohesion here.  The sentences connect clearly together but if you read the paragraph, it really makes no sense - I start talking about blue and I finish talking about a holiday in Europe.  There is no coherence in this sentence.

Coherence with NO Cohesion

Now, let's take a look at a sentence that is coherent but not cohesive.

"My favourite colour is blue.  I'm calm and relaxed.  In the summer I lie on the grass and look up."


Coherent NOT cohesive: Blue - Calm & Relaxed - Looking Up (Photos from Flickr)
This is more difficult to understand but basically this lack of cohesion means a lack of sufficient connectors to join the ideas together.  If I try hard I can understand what the person is saying: a short answer, an explanation, an example; however the sentences don't fit together.

Cohesion & Coherence in Conversation


Are your conversations coherent?  Are they cohesive?
Now, in spoken discourse, the easiest example I can think of is a Cambridge First Certificate speaking exam, part 3: the students' conversation.  Two students are asked to talk about some pictures but if they do not respond to what each other is saying and make no attempt to reference each other then the conversation can be coherent but can completely lack cohesion.  For example:

A. "I think these people are having a good time."
B. "It appears these people are enjoying themselves."
A. "They seem to be on holiday."
B. "It looks like they are on vacation."

Obviously there is no connection between A and B in this conversation.  We understand them and they are coherent.  What is missing is cohesion.  They are not connected.  A is not listening to B and B is not listening to A.

On the other hand, take a look at this example:

A. "I think these people are having a good time."
B. "Time is difficult to manage.  I am always late for my social appointments like when I have a date with a girl."
A. "I like girls with long, dark hair and brown eyes."
B. "My dog has brown eyes and a long tail."
etc, etc.

This example shows that there is cohesion but the conversation makes no sense and therefore it is missing coherence.

Next time you are looking at a piece of writing; a newspaper, an essay you wrote, another student's essay, a web article like this one, you should consider the cohesion and coherence of the composition.  It is worth 25% of your IELTS mark and it is an important factor in the other Cambridge exams as well.

Hope this helps you.